CINTA

on Minggu, 30 Mei 2010

Mahabbah (Cinta) Kepada ALLAH SWT


Q.S At-Taubah: 24 :


24.  Katakanlah: "Jika bapa-bapa , anak-anak , saudara-saudara, isteri-isteri, kaum keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatiri kerugiannya, dan tempat tinggal yang kamu sukai, adalah lebih kamu cintai dari ALLAH dan RasulNya dan dari berjihad di jalan nya, Maka tunggulah sampai ALLAH mendatangkan Keputusan NYA". dan ALLAH tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang fasik.

Berdasarkan surat diatas kita dapat mengambil pelajaran buat kita diantaranya:

“Barang siapa mencintai ALLAH melebihi cintanya kepada segala sesuatu, maka ALLAH akan menjadikan segala sesuatu indah dalan hidupnya,
sebaliknya barang siapa mencintai sesuatu lebih dari cintanya kepada ALLAH maka cintanya kepada sesuatu itu akan menjadi hizab yang tebal. Yang akan menghalangi dia dan ALLAH tuhannya.
 “barang siapa terhalang antara dia dan ALLAH maka orang tersebut tidak akan pernah merasakan nikmatnya munajat kepada ALLAH maka air matanya tidak akan pernah jatuh karena takut dan rindu kepada tuhannya, hatinya akan hampa, keras,dan diselimuti kecewaan yang tak terhingga.

“Barang siapa mencintai sesuatu diddunia melebihi cintanya kepada ALLAH maka ia mendapatkan cinta yang palsu.”

“siapapun yang kita cintai diatyas dunia selain ALLAH maka dialah yang akan paling banyak menyakiti hati kita,membuat kita kecewa menagis dan terluka.”

            Menurut Ibnu Qoyyiem Al-zauji dalam bukunya “TAMAN-TAMAN ORANG YANG JATUH CINTA DAN MEMENDAM RINDU KEPADA TUHANNYA”

Tanda-Tanda orang yang jatuh cinta kepada tuhannya adalah sebagai berikut:

  1. Malu apabila yang dicintai memandangnya
  2. sering menyebut nama yang dicintainya (Berdzikir kepada ALLAH)
  3. mencintai rumah kekasihnya (Mesjid)
  4. suka membaca surat kekasihnya (Al-Quran)
  5. ingin selalu dipuji dari yang dicintai
  6. rela berkorban untuk orang yang dicintainya
  7. selalu ingin bertemu dengan orang yang dicintainya.

Kekasih yang dimaksudkan diatas ialah ALLAH.

Semoga penjelasan diatas dapat memberi manfaat bagi kita semua yang membacanya.

Sumber : Pak Sahruddin  (dosen agama STMIK Budidarma Medan)
 

Acara"  yang telah dilaksanakan IMMI selama ni diantaranya yaitu :

  • Acara Peringatan MAulid Nabi Muhammad SAW
  • Acara Peringatan Isra' Mi'raj Nabi Muhammad SAW
  • dll
Acara" tersebut InsyaALLah akan dilaksanakan T ahunnya.

Ciptakan Setiap Hari Sesuatu Yang Baru

on Selasa, 25 Mei 2010

Rasulullah SAW bersabda ‘Sesungguhnya iman dalam hati seseorang bisa menjadi kusut seperti halnya baju kalian. Maka mintalah kepada Allah agar memperbarui iman kalian.”

Bagaimana kita bisa memperbarui iman dalam hati ?
Caranya adalah dengan beramal setiap hari dengan amal baru yang sebelumnya belum pernah diperbuat. Hal ini karena kita mempunyai keyakinan bahwa iman adalah perkataan dan perbuatan yang bisa bertambah dan berkurang. Iman bertambah dengan ketaatan dan berkurang dengan kemaksiatan.

Sebagian orang yang setelah taat menjadi malas. Keadaannya menurun. Tidak ada sesuatu yang baru baginya. Wahai saudaraku, sesungguhnya agama kita tidak akan ada habisnya jika kita bersungguh-sungguh. Di sana selalu ada yang baru dan belum kau lakukan.

Para ilmuwan berpendapat bahwa oksigen O2 yang diproses secara modern dalam laboratorium lebih cepat bereaksi daripada yang ada dalam udara bebas. Mereka mengatakan sebabnya adalah BARU. Begitu juga dengan ketaatan yang baru terdapat semangat dan keimanan yang tinggi.

Oleh sebab itu kita selalu butuh pembaruan, yaitu setiap hari dalam hidup berbeda dengan dengan hari sebelumnya dan sesudahnya. Setiap hari punya warna baru dalam ketaatan. Dengan demikian, kita tidak cepat bosan dan malas. Akan selalu merasakan indahnya keimanan. Jangan pernah katakan bahwa amal-amal agama ada batasnya. Amal Agama banyak dan bermacam-macam. Maka ciptakan setiap hari sesuatu yang baru dengan syarat sesuai sunnah dan keikhlasan dalam mengerjakannya.

Mulailah hari ini dan katakan “Hari ini aku akan disiplin dalam shalat lima waktu. Aku tidak akan beri kesempatan pikiranku untuk tidak disiplin. Hari ini aku akan buat tantangan. Aku akan menantang setan shalat yang bernama KHINDAB. Hari ini aku akan membaca AlQur’an dengan surat-surat yang belum pernah kubaca dalam shalat lima waktu.”
Sebagian orang dalam shalatnya hanya membaca dua surat pendek dan dilakukan terus sampai berbulan-bulan. Oleh karena itu, inilah penyebab shalat tidak khusyu. Hal ini disebabkan shalat yang dilakukan adalah shalat mesin yang berulang-ulang tanpa ada pembaruan.

Hari berikutnya katakan “ Aku akan baca dzikir-dzikir shalat dengan penuh hati dan linangan air mata’.
Hari berikutnya “ Aku akan taddabur satu halaman Al Qur’an. Akan kutanamkan makna-makna Al Quran dalam hatiku sepanjang hari. Lakukan seterusnya. Setiap hari ada sesuatu yang baru.

Rasulullah bersabda :

‘Tidak ada orang yang ikut perang dalam sabilillah kemudian dia mendapatkan ghanimah kecuali dia mengambil dua pertiga pahala akhirat sehingga masih sepertiga. Jika tidak mendapatkan ghanimah maka sempurnalah pahalanya”(HR.Muslim Kitab Al Imarah)

Artinya jika ada orang yang ikut berperang selamat dan mendapatkan ghanimah , pahalanya sedikit daripada pahala orang yang gugur atau selamat tetapi tidak mendapatkan ghanimah. Ghanimah (rampasan perang)merupakan imbalan sebagian dari pahala jihad. Apabila mendapatkan ghanimah , berarti mengambil bagian dua pertiga dari pahala akhirat. Dan ghanimah ini sudah masuk dalam hitungan pahala akhirat.

Jadi ada hadits-hadits yang pernah anda dengar dan anda kenal tetapi ketika anda kembali akan menjadi terasa baru. Keadaan demikian akan menambah iman anda. Oleh karena itu sesuatu yang baru akan menambah iman. Begitu juga dengan ayat-ayat AL Qur’an. Jika anda membacanya dengan pemahaman dan taddabur akan menjadi terasa baru bagi diri ini. Maka anda akan berucap “SUBHANALLAH”…aku belum pernah mendengarnya. Meskipun anda membacanya siang dan malam. Karena anda memulai dengan taddabur dan membuka mata hati dalam berhubungan dengan ayat-ayat Qur’an, maka Allah swt akan memberi makna yang baru untuk diri ini.

Perhatikan Firman Allah swt dalam QS. Ar-Ra’d (13) ayat 26 :

13.26. Allah meluaskan rezeki dan menyempitkannya bagi siapa yang Dia kehendaki. Mereka bergembira dengan kehidupan di dunia, padahal kehidupan dunia itu (dibanding dengan) kehidupan akhirat, hanyalah kesenangan (yang sedikit).

perhatikan kalimat Allah sbb :
“ Mereka bergembira dengan kehidupan dunia, padahal kehidupan di dunia itu (dibanding dengan) kehidupan akhirat , hanyalah kesenangan ( yang sedikit) “.

Merupakan ayat yang indah dan baru. Memahaminya secara berulang-ulang akan menambah dan memperkuat iman. Demi Allah, ayat tersebut menyejukkan hati, meringankan beban menyebabkan zuhud di dunia dan memberi dorongan untuk berjalan menuju Allah.

Memang sering kita membaca AL Qur’an. Meskipun begitu , kita selalu membiasakan diri untuk menemukan hal-hal yang baru dan makna-makna Al Qur’an yang tidak pernah habis-habisnya. Allah swt berfirman dalam Surat Al Kahfi (18) ayat 109 :

“ Katakanlah ‘Kalau sekiranya lautan menjadi tinta untuk (menulis) kalimat-kalimat Tuhanku, sungguh habis lautan itu sebelum habis ditulis kalimat-kalimat Tuhanku , meskipun kami datangkan tambahan sebanyak itu pula”.

Bacalah ayat yang sama pada waktu , tempat , dan kesempatan yang berbeda-beda, anda akan dapatkan makna yang baru. Jadi hal yang baru banyak sekali pendalamannya. Tugas anda adalah Berazam dan bersungguh-sungguh.

Apabila anda bisa menghasilkan sesuatu yang baru dan dilakukan dengan sempurna, maka anda akan menyadari bahwa selama ini sebelumnya anda belum serius dan sekedarnya saja. Dan karena inilah anda akan merasakan nikmatnya taat kepada Allah dan rasa lezatnya iman.

Bila anda Shalat, lakukan sebagaimana mestinya. Bila membaca AL Qur’an bacalah sebagaimana mestinya. Apabila bersedekah lakukan sebagaimana mestinya. Bila anda bangun tengah malam, berdzikir, berhaji dan umroh, thawaf dan sujud , laksanakan dengan benar. Ciptakan setiap hari sesuatu yang baru dengan cara yang benar agar anda dapat rasakan manisnya iman.

Ibnul Qayyim berkata “ Kebahagiaan orang yang memberi lebih besar daripada orang yang menerima “. Memang taat dengan cara yang benar akan menyebabkan kebahagiaan, keindahan, kelezatan dan kenikmatan. Inilah Islam. Ya Allah beri kami selalu ketaatan dalam beragama.

Saudaraku, bacalah setiap hari bab baru tentang tauhid. Bacalah besok sirah Nabi. Setelah itu baca tafsir ayat yang belum pernah kau baca. Demikian seterusnya. Buatlah sesuatu yang baru setiap hari. Baru dalam hal ilmu, ibadah, atau dakwah kepada Allah. Perbarui imanmu setiap hari agar tidak merasa lemah dan bosan dalam menjalani perintah Allah swt. Sebab pembaruan menjadi penangkal bosan, memperkuat usaha dan mendorongnya. Maka perbaruilah imanmu dan mintalah hal itu dari Allah. Keinginanmu bisa terpenuhi dengan izin Allah.

Ya Allah, Mohon Perbarui Iman di hati kami…. Amin. 


Sumber : Fb Grup:"sucikan hati dari penyakit hati"

on Senin, 24 Mei 2010

IMMI adalah singkatan dari IKATAN  MUDA-MUDI ISLAM.!!!

IMMI dibentuk berdasarkan pemikiran dan kesadaran para pemuda/i di LIngkungan VIII kel.Sari Rejo Kec.Medan Polonia tentang pentingnya silaturahmi dan hubungan baik dengan masyarakat sekitar.

Visi :
  • Bersama Membentuk Muda-Mudi Yang Islami
Misi :
  • lakukan yang terbaik dari hari sebelumnya demi bertambahnya keimanan di hati Muda-Mudi Islam


adapun kegiatan yang dilakukan IMMI yaitu Melaksanakan perwiritan setiap hari selasa (malam Rabu)

ini dilaksanakan Untuk Menjaga Silatuhrahmi Di kalangan MUda-Mudi Lingk.VIII sari rejo.

immi

IMMI adalah singkatan dari IKATAN  MUDA-MUDI ISLAM.!!!

IMMI dibentuk berdasarkan pemikiran dan kesadaran para pemuda/i di LIngkungan VIII kel.Sari Rejo Kec.Medan Polonia tentang pentingnya silaturahmi dan hubungan baik dengan masyarakat sekitar.

Visi :
  • Bersama Membentuk Muda-Mudi Yang Islami
Misi :
  • lakukan yang terbaik dari hari sebelumnya demi bertambahnya keimanan di hati Muda-Mudi Islam


adapun kegiatan yang dilakukan IMMI yaitu Melaksanakan perwiritan setiap hari selasa (malam Rabu)

ini dilaksanakan Untuk Menjaga Silatuhrahmi Di kalangan MUda-Mudi Lingk.VIII sari rejo.

WASPADAI TIPUAN SETAN

on Minggu, 23 Mei 2010

assalamualaikum Wr. Wb
.. . Satu hal yg harus kita ketahui bahwa kendaraan setan yg telah tersedia pada tiap diri anak Adam adl nafsu.

Jadi setan tak akan mengakali kita kecuali lewat hawa nafsu. Sedangkan nafsu mempunyai tiga macam tabiat yakni : Pertama hawa nafsu itu senang akan penghargaan pujian kemuliaan kehormatan dan harga diri. Setan senantiasa akan memperdaya diri kita melalui harga diri dan kehormatan. Demi mempertahankan kehormatan dan harga diri biasa kita akan dibisiki setan utk selalu berpenampilan hebat dgn pakainan mahal-mahal kendaraan mewah dan sebagainya. Pendek kata dari hari ke hari kita akan disibukkan oleh tipuan setan tersebut sehingga tak akan segan-segan utk mengeluarkan uang berapapun hanya krn ingin dihargai manusia tanpa peduli bagaimanan pertimbangan hisab di akhirat kelak.

Bukan tak boleh kita menjaga penampilan krn tampil dan serasi itu bagus. Bahkan Syeikh Abdul Qadir seorang tokoh tasawuf dan ulama salaf kalau bepergian selalu menjaga kebersihan dan penampilan. Akan tetapi ia benar-benar memperhitungkan timbangan hisabnya.

Berbeda hal dgn orang yg sudah terkelabui setan. Ia tak akan pernah peduli dgn pertimbangan hisab di akhirat. Shidqah sedikit atau bahkan tak pernah tetapi kalau belanja ke supermarket habis-habisan. Pergi ke tempat ibadah jarang-jarang tetapi bertamasya ke tempat-tempat yg jauh dan menghabiskan biaya besar seolah telah menjadi kegiatan rutin.

Demi menjaga harga diri dan gengsi biasa kita sering over acting. Jika marah tampak lbh emosional agar mereka tahu bahwa kita adl orang yg berkuasa dan mempunyai kedudukan. Bahkan tak jarang dgn mudah meremehkan dan merendahkan orang lain hanya utk menunjukkan bahwa kita bukan remeh dan tak rendah. Semua itu adl tipuan setan belaka! Oleh krn itu supaya kita tak terjerumus menjadi orang yg sombong dan takabur kunci adl tawadhu krn sesungguhnyalah kemuliaan itu datang dari kerendahan hati. Bukankah kita sendiri merasa muak melihat orang yg sombong penuh keangkuhan dan gemar menyebut-nyebut kehebatan dirinya? Kedua setan selalu membisiki kita agar mengumbar ni’mat. Semua indera kita ini memang sangat senang akan aneka ni’mat seperti ni’mat syahwat makanan keindahan perkataan dan lain-lain.

Nikmat makanan membuat kita semakin banyak berkeinginan utk memakan makanan yang enak-enak tak peduli halal atau haram. Oleh karena disunnahkan melaksanakan shaum selama enam hari mulai hari kedua setelah Idul Fitri yg pahala sama dgn shaum setahun.

Nikmat pendengaran membuat kita cenderung utk senang mendengarkan musik. Karena kita harus mengimbangi dgn sering-sering mendengarkan pengajian dan ceramah.

Bagi yg suka berpacaran biasa cenderung hanya unyuk mencari keni’matan dan kepuasan syahwat belaka. Mata ini memang suka kepada sesuatu yg cantik dan indah sehingga banyak membuat kita berkeinginan utk melihat wanita baik langsung maupun yg terpampang di majalah-majalah dan iklan-iklan di televisi. Karena nafsu syahwat ini harus mampu kita tahan krn mengumbar keni’matan itu ibarat meminum air laut semakin banyak diminum semakin haus kita dibuatnya.

Sementara itu ni’mat mulut membuat kita cenderung ingin selalu berbicara banyak-banyak. Bila sudah berbicara sungguh terasa ni’mat sehingga tak ingin berhenti. Oleh krn itu kita harus mampu menahan dan mengimbangi dgn bayak-banyak bertadarus Al Qur’an.

Sahabat ketahuilah bahwa semua yg cenderung ni’mat itu akan selalu terus menerus dikejar setan sehingga dapat melenakan kita. Kunci adl berusaha menahan diri jangan sampai tiap keinginan kita dilanjutkan. Hendak tiap kita akan melaksanakan sesuatu itu berta dulu. Apakah makanan ini halal haram atau syubhat? Kalau boleh dimakan makanlah jangan sampai berlebihan. Semua ini tiada lain utk melatih diri kita agar tak sampai diperbudak oleh hawa nafsu yg sudah dikendalikan setan.

Ketiga hawa nafsu paling malas kepada taat. Setan pasti akan selalu memperdaya agar malas kepada taat. Shalat malas pergi ke masjid malas apalagi tahajud sangat enggan utk bangun tidur. Baca Qur’an malas. Kalau pun kita bershidqah pasti akan dibisiki setan agar menjadi riya.

Memang kita akan sangat mudah diperdaya setan melalui sarana sifat malas ini. Karena hanya sifat ini yg sangat mudah dimainkan sang setan. Saat muncul rasa malas utk beribadah biasa otak pun ikut berputar segera mencarikan dalih ataupun alasan yg dipandang logis dan rasional sehingga yg nampak nanti bahwa enggan mengerjakan sesuatu ibadah itu krn memang jelas alasan bukan lantaran malas. Ah betapa setan pintar sekali mengelabui kita.

Nah utk memblokade bisikan setan tersebut usahakanlah kita selalu segera berbuat hal sebalik dari yg diingini si malas. Bila kita mendengar adzan berkumandang maka usahakanlah sekuat tenaga menunda atau menghentikan pekerjaan yang sedang digarap utk kemudian lekas-lekas pergi ke masjid. Bahkan akan lebih baik lagi jika kita selalui mengetahui jadwal waktu shalat lalu menetapkan 15 menit sebelum tiba waktu shalat kita sudah menghentikan segala bentuk pekerjaan utk bersiap-siap pergi ke masjid.

Demikian juga kalau malam tiba tetap mengusahakan sepertiga akhir malam utk mendirikan shalat tahajud krn dgn tahajud hidup kita akan terpelihara dalam kemuliaan. Setiap pagi usahakan menyediakan uang receh utk diinfaqkan karena dgn infaq kita akan tertolak dari bencana dan mati dalam keadaan suul khatimah. Usahakan pula kita selalu membawa Qur’an kecil utk dibaca sewaktu-waktu di sela-sela pekerjaan kita. Bila kita istiqamah membaca walaupun hanya beberapa ayat saja Insya Allah akan menjadi karomah bagi kita. Semua ini merupakan ikhtiar kita dalam menghadang gempuran-gempuran setan yg memang tak kenal lelah.

Ingatlah bahwa setan hanya mampu mempengaruhi kita dgn bisikan. Tak ada setan yang menerkam kita. Hati ini menjadi rusak krn kita kalah dan tak berdaya menghadapi bisikan yg memang tak terasa dan tanpa kita sadari. Oleh karena itu bila muncul rasa malas utk beribadah itu berarti bisikkan setan tengah merasuk menguasai hati. Segeralah lawan dgn segenap kemampuan dgn cara melakukan ibadah yg dimalaskan tersebut. Sekali lagi bangun dan lawan! Latihlah diri kita agar jangan sampai diperbudak oleh segala bentuk keni’matan. Latihlah diri kita agar selalu dalam keadaan taat kepada Allah. Dan jangan lupa berlindunglah selalu kepada-Nya dari segala godaan setan yg terkutuk niscaya kita akan diberi kekuatan utk terhindar dari segala tipuan setan. Insya Allah!**

TEMAN SEJATI BUKAN KARENA MATERI

on Minggu, 16 Mei 2010

       Makkah mulanya adalah kota kecil yang sejak dulu dikenal sebagai kota transit perdagangan. Penduduknya dikenal sangat piawai berbisnis. Dari sini lahir beberapa konglomerat multinasional pada zamannya. Berkaitan dengan sukses usaha mereka, Alloh Azza wa Jalla telah mencatatnya dalam al-Qur’an, “Karena kebiasaan orang-orang Qurasy, (yaitu) kebiasaan mereka bepergian pada musim dingin dan musim panas.” (QS. Al-Quraisy: 1-2)

Ada beberapa konglomerat yang sangat dikenal pada saat itu. Satu di antaranya adalah Khadijah, istri Rasululloh shallallahu alaihi wasalam sendiri. Modal Khadijah membengkak berlipat-ganda setelah perusahaannya dimanajeri oleh Pemuda Muhammad. Akhirnya kedua insan itu menikah. Lalu jadilah suami-istri ini dikenal luas sebagai pedagang yang sukses.

Selain Khadijah, ada lagi konglomerat sukses bernama Uqbah bin Abi Mu’ith. Ia dikenal sebagai pengusaha multinasional. Pada musim panas, ia berdagang ke negara-negara di sebelah utara (Syam). Sedangkan pada musim dingin, ia berdagang di negara-negara selatan (Yaman).

Sebagai bisnisman, Uqbah menjalin hubungan yang akrab dengan semua kolega dan relasinya. Untuk itu ia tak segan-segan untuk mengeluarkan biaya dari sakunya sendiri. Kadang mentraktir makan teman bisnisnya, tak jarang mengundang makan-makan dalam acara tasyakuran. Dalam acara ini biasanya ia mengundang para tokoh masyarakat, baik dari kalangan pengusaha maupun tokoh berpengaruh lainnya.

Dalam suatu perjamuan makan, Uqbah mengundang Rasululloh shallAllohu alaihi wasalam sendiri dalam kapasitasnya sebagai tokoh masyarakat yang berpengaruh. Kesempatan ini dimanfaatkan Rasululloh shallAllohu alaihi wasalam sendiri untuk berdakwah. Ketika hidangan sudah tersedia, Rasululloh shallAllohu alaihi wasalam sendiri berkata, “Wahai Uqbah, saya tidak akan makan hidangan anda sampai anda bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Alloh, dan saya adalah Rasul-Nya.” Secara spontan Uqbah menyanggupinya, dan tak lama kemudian ia mengucapkan dua kalimah syahadah di hadapan orang banyak. Uqbah telah masuk Islam.

Mengetahui keislaman Uqbah ini, teman-teman bisnisnya banyak yang terkejut. Salah satu di antaranya adalah Ubay bin Khalaf. Ia menanyakan kebenaran berita itu. Ia berkata, “Kamu sudah rusak, hai Uqbah.”

Apa jawab Uqbah? “Demi Alloh, aku tidak rusak. Aku lakukan hal itu karena pada perjamuan makan itu ada seorang tamu. Ia tidak mau menyentuh makananku sebelum aku bersaksi di hadapannya. Aku malu jika ada tamu yang keluar dari rumahku sementara ia belum memakan hidanganku.”

Memahami sikap koleganya seperti ini, Ubay malah memanfaatkan situasi. Ia katakan kepada Uqbah, “Aku tidak rela. Aku tidak ingin melanjutkan hubungan perdagangan ini denganmu sampai kamu menyatakan keluar dari agama Muhammad. Nyatakan hal itu di hadapannya. Caci maki dia di hadapan orang banyak. Satu lagi, ludahi wajahnya.”

Uqbah terkejut. Ia tidak menyangka jika kesaksiannya di hadapan Muhammad akan berakibat fatal seperti ini. Sebagai pebisnis tulen, ia hanya mau tahu keuntungan. Dalam kepalanya, semua kegiatannya dihitung berdasarkan untung rugi. Ia rela mengeluarkan biaya besar dalam acara tersebut tak lain bertujuan untuk menjalin relasi bisnis, yang ujung-ujungnya adalah laba bisnis. Rumus bisnis telah tertanam di kepalanya, yaitu mengeluarkan biaya untuk mendapatkan keuntungan yang sebesar-besarnya.

Orang semacam Uqbah ini pada dasarnya tidak mempunyai agama dan ideologi. Keuntungan itulah ideologinya. Ia tak pernah peduli apa agama yang dipeluk seseorang. Yang penting baginya adalah bisnisnya aman. Siapa saja yang bisa diajak bisnis dan menguntungkan, diajaknya berteman. Saudara dekatnya sendiri jika tidak bisa diajak bisnis tak akan diajak berteman. Dalam menjalin relasi ia tak peduli apakah seorang Nasrani, Yahudi, Majusi, atau Islam.

Setelah menghitung untung-ruginya secara matang, atas desakan Ubay, akhirnya ia menemui Rasululloh shallallahu alaihi wasalam. Di hadapan Rasululloh shallallahu alaihi wasalam sendiri ia menyatakan keluar dari Islam. Iapun mencaci-maki dan tak lupa meludahi wajah beliau yang suci. Atas perlakuan ini Rasululloh shallallahu alaihi wasalam bersabda, yang artinya: “Kelak engkau akan keluar dari Makkah dari bukit sebelah itu, dan aku akan menyambutmu dari bukit sebelah itu. Pada saat itu engkau menyesali perbuatanmu.” Dalam riwayat yang lain, ludahnya kembali ke wajahnya dan membakar pipinya. Luka bakar pipinya itu tak pernah sembuh sampai dibawa ke liang kuburnya.

Apa yang dikatakan Rasulullohshallallahu alaihi wasalam sendiri semuanya benar. Uqbah keluar dari Makkah, ikut perang Uhud. Dalam peperangan itu ia tertawan. Tangannya terbelenggu dan lehernya dipancung. Ia menyesal atas perlakuannya yang lebih memilih kawan bisnis daripada kawan yang sebenarnya. Agar peristiwa ini dijadikan ibrah dan pelajaran yang berharga bagi kaum muslimin, maka Alloh Azza wa Jalla mengabadikannya dalam sebuah firman-Nya, yang artinya: “Dan (ingatlah) hari (ketika itu) orang yang zhalim menggigit dua tangannya, seraya berkata, ‘Aduhai kiranya (dulu) aku mengambil jalan bersama-sama Rasul. Kecelakaan besarlah bagiku; kiranya aku (dulu) tidak menjadikan si Fulan itu teman akrab(ku). Sesungguhnya dia telah menyesatkan aku dari al-Qur’an setelah al-Qur’an itu telah datang kepadaku.’ Dan adalah syetan itu tidak mau menolong manusia.” (QS. Al-Furqaan: 27-28)

Sejarah memang terus berulang. Apa yang terjadi saat ini sesungguhnya merupakan pengulangan sejarah masa lalu. Isi dunia dari dulu hinga sekarang tetap, tak mengalami perubahan. Yang pasti di dunia ini selalu ada dua hal yang berpasangan. Ada baik, ada buruk. Ada orang yang berwatak dan berakhlaq mulia, dan ada pula yang berwatak jahat. Itulah isi dunia.

Empat belas abad yang lampau sudah ada orang yang bernama Uqbah, yang ideologinya uang. Pada masa kini, prinsip Uqbah sudah beranak bercucu. Jumlahnya meningkat karena mengalami proses perkembangbiakan yang luar biasa.

Di saat materi menjadi isme, ajaran, dogma, dan nilai yang dijadikan sebagai alat ukur dan barometer keberhasilan seseorang, maka meteri menjadi sentral kehidupan. Secara berkelakar pernah seorang pakar dalam sebuah diskusi yang diliput 4 televisi swasta mengatakan, “Untuk sukses saat ini diperlukan 4 hal, yaitu: Satu, duit. Dua, uang. Tiga, fulus. Empat, money.”

Orang tidak lagi mengenal tetangga rumahnya, sebab persahabatan di dunia sekarang, utamanya di kota-kota besar hanya didasarkan pada uang. Teman, kenalan, sahabat bukan di rumah, tapi di kantor, di pasar, di gedung-gedung bertingkat.

Suatu ketika ada seorang meninggal dunia. Para tetangganya tidak tahu. Meskipun yang ikut merawat dan memakamkannya banyak, tapi semuanya adalah kolega kerjanya. Begitulah gambaran pergaulan manusia sekarang. Bila ada yang sakit, yang datang menjenguk bukan tetangga dekatnya, bukan pula saudaranya yang karena sibuk mencari uang mereka terpencar entah di mana. Yang datang menjenguk lagi-lagi adalah teman sekantor, teman sekerja, kolega usaha, paling jauh anggota jama’ahnya, itupun kalau ada.

Pertemanan yang didasarkan atas kepentingan ekonomi sebenarnya boleh-boleh saja. Rasululloh shallallahu alaihi wasalam tidak melarangnya. Akan tetapi jika pertemanan ini harus mengorbankan aqidah, syari’ah dan akhlaq, maka sebaiknya dihindari saja. Pertemanan semacam ini hanya membawa manusia kepada kebinasaan, kehancuran, dan kehinaan di sisi Alloh Azza wa Jalla. Tentang masalah pertemanan ini Alloh Azza wa Jalla telah memberikan bimbingan kepada kita melalui firman-Nya, yang artinya:
“Dan bersabarlah kamu bersama orang-orang yang menyeru Tuhannya di pagi dan senja hari dengan mengharap keridhaan-Nya, dan janganlah kedua matamu berpaling dari mereka (karena) mengharapkan perhiasan kehidupan dunia ini, dan janganlah kamu mengikuti orang yang hatinya telah Kami lalaikan dari mengingati Kami, serta menuruti hawa nafsunya dan adalah keadaannya itu melewati batas.” (QS. Al-Kahfi: 28)

Kita dibebaskan untuk memilih teman, koneksi, kolega, baik secara pribadi-pribadi maupun secara institusi. Tapi satu hal yang pasti, hendaknya kita lebih memilih teman dan sahabat yang sejati, yang selalu mengajak kita menghadapkan wajah dan pikiran kepada Alloh Azza wa Jalla.

Boleh jadi berteman dengan mereka tidak mendatangkan keuntungan materi yang bisa dinikmati dalam jangka pendek, tapi bersama mereka kita akan meraih keuntungan besar dalam jangka panjang. Wallahu A’lam 
 
 
sumber :group FB sucikan dari penyakit hati

Acara-acara yang telah dilaksanakan IMMI  selama ini yaitu:
  • Maulid Nabi Muhammad SAW
  • Isra MI'raj Nabi Muhammad SAW
  • dll
Semua acara yang  dilaksanakan IMMI telah dan sangat didukung masyarakat sekitar

Indahnya hidup dengan Al-Qur'an.

            inliah yang seharusnya ada di dalam benak dan hati kita sebagai seorang muslim. Mukjizat terbesar Nabi Muhammad untuk umat Islam yang masih bisa kita rasakan sampai dengan saat ini dan itu merupakan salah satu karunia terbesar yang Allah berikan. Saudaraku mari kita bersama-sama untuk menghafal al-Qur'an.

Jiwa yang tak pernah dibacakan Al-Quran, seperti kuburan. Sepi, sendirian, dan kering-kerontang. Zaman ini, sedikit sekali orang-orang yang hafal Al-Quran. Kita bisa melihat, para orang tua lebih resah kalau anaknya tidak bisa matematika atau bahasa Inggris, ketimbang tidak tahu Al-Quran. Padahal, itu adalah keluarga Muslim. Padahal, sebagai orang Islam, kita harus yakin, hanya Al-Quran lah sebagai petunjuk hidup kita.

Ketika zaman semakin berputar mengikuti arus syahwat manusia, selayaknya lah kita sebagai orang Islam (mungkin) harus mulai kembali menanamkan azam dan niat, tekad dan keinginan untuk mulai menghafal Al-Quran.

Dan untuk memudahkan menghafalnya, ada beberapa teknik dan persiapan yang khusus yang bisa dipakai. Beberapa di antaranya:

lkhlaskan niat dan bersabar
Jangan lupa baca basmillah dulu
Berdoa kepada Allah swt
Bersih dari hadas kecil dan besar
Sebaiknya menghadap kiblat
Memakai pakaian putih yang bersih dan menutup aurat
Jangan banyak berkata dan ketawa ketika membaca dan menghafal
Memberikan perhatian sepenuhnya
Jangan membaca ketika mengantuk atau menguap
Berhenti membaca ketika ingin buang angin
Salat dua rakaat sebelum memulai
SEBELUM MENGHAFAL

Mempunyai azam dan minat untuk menghafal
Memilih waktu yang sesuai untuk menghafal
Memilih tempat yang sesuai untuk menghafal
Berada dalam keadaan tenang
Tenangkan pikiran sebelum menghafal
Pilih sebuah jenis mushaf dan jangan ubah dengan jenis mushaf lain
Beristighfar, membaca selawat dan doa sebelum mulai menghafal
TEKNIK-TEKNIK MENGHAFAL

A. Teknik "Chunking” (potongan-potongan)

Mengelompokan ayat yang panjang dalam beberapa bagian yang memang sesuai mengikuti arahan guru atawa ustadz, jika belajar bersama mereka
Mengelompokan awal surat pada beberapa bagian (2 atau 3 bagian) yang sesuai
Mengelompokan surat dalam beberapa bagian, contohnya mengikut pertukaran cerita
Mengelompokan juz kepada beberapa bagian mengikut surah, hizib, rubu', cerita dan sebagainya
Mengelompokan kelompok surah, setiap 10 juz dan sebagainya

B. Teknik Mengulang

Membaca sepotong atau sebagian ayat sekurang-kurangnya lima kali sebelum mulai menghafalnya
Membaca ayat yang telah dihafal berulang-ulang kali (10 atau lebih)
sebelum berpindah ke ayat seterusnya
Selepas menghafal setiap setengah halaman, harus diulang beberapa kali sebelum diteruskan bagian yang setengah halaman lagi
Sebelum menghafal bagian Al-Qur'an seterusnya, harus diulang bagian yang sebelumnya.

C. Teknik Menghafal Dengan Teman

Pilih seorang teman yang sama-sama berminat
Orang pertama membaca dan disimak oleh orang kedua
Orang kedua membaca dan disimak oleh orang pertarna
Saling menyebut ayat antara satu sama lain

E. Teknik Mendengar Kaset/CD

Pilih seorang qari yang baik bagi seluruh Alquran atau beberapa qari bagi surah-surah tertentu
Sebelum mulai menghafal, dengar bacaan ayat-ayat yang ingin dihafal beberapa kali
Amati cara, lagu dan tempat berhenti bacaan qari tersebut sehingga terpahat di pikiran
Mulai menghafal ayat-ayat tersebut dengan cara dan gaya qari tersebut
Sentiasa mendengar kaset/CD bacaan Alquran dan kurangi atau tinggalkan mendengerkan lagu-lagu kerana akan mengganggu penghafalan

F. Teknik Merekam

Rekam bacaan kita di dalam kaset dan dengarkan lagi untuk memastikan bacaan dan hafalan yang betul
Bagi kanak-kanak, rekam bacaan ibu-bapa atau guru kemudian diikuti oleh bacaan kanak-kanak tersebut
Minta kanak-kanak tersebut mendengar kembali rekaman tersebut beberapa kali hingga menghafalnya

G. Teknik Menulis

Tulis kembali surat yang telah dihafal. Kemudian cek lagi dengan mushaf.
Menulis setiap ayat pertama awal surat, atau setiap rubu', atau setiap juz, atau setiap surah dalam sehelai kertas.

MEMELIHARA HAFALAN

Jauhi maksiat mata, maksiat telinga dan maksiat hati
Banyak berdoa, terutama waktu mustajab doa seperti ketika berbuka puasa, ketika dalam perjalanan, selepas azan dan lain-lain lagi
Menetapkan kadar bacaan setiap hari, contohnya, selembar, setengah juz, 1 juz dan sebagainya
Membaca pada waktu pagi dan mengulangnya pada waktu malam
Jangan membaca ketika sedang bosan, marah atau ngantuk
Menulis setiap ayat yang mutasyabih.


sumber: ekaaktiva.blogspot.com

Menyingkap Rahasia Alam Semesta

on Minggu, 02 Mei 2010

           Dan katakanlah, "Segala puji bagi Allah, dia akan memperlihatkan kepadamu tanda-tanda kebesaran-Nya, maka kamu akan mengetahuinya. Dan Tuhanmu tiada lalai dari apa yang kamu kerjakan." (QS. An-Naml: 93)

Masyarakat zaman sekarang memperlakukan Al Quran berbeda sama sekali dengan tujuan penurunan Al Quran sebenarnya. Di dunia Islam secara umum, sedikit sekali orang yang mengetahui isi Al Quran.

Sebagian di antara mereka sering menyampul Al Quran dengan bagus dan menggantungnya pada dinding rumah, dan orang-orang tua membacanya sekali-sekali. Mereka beranggapan bahwa Al Quran melindungi pembacanya dari "kemalangan dan kesengsaraan". Menurut kepercayaan ini, Al Quran dianggap semacam jimat penangkal bala.

Padahal, ayat-ayat Al Quran menyatakan bahwa tujuan Al Quran diwahyukan sama sekali berbeda dengan yang tersebut di atas. Misalnya, dalam surat Ibrahim ayat ke-52, Allah menyatakan, "(Al Quran) ini adalah penjelasan yang sempurna bagi manusia, dan supaya mereka mengetahui bahwasanya Dia adalah Ilah Yang Maha Esa dan agar orang-orang yang berakal mengambil pelajaran." Dalam banyak ayat lain, Allah menegaskan bahwa salah satu tujuan utama diturunkannya Al Quran adalah untuk mengajak manusia bertafakur.

Dalam Al Quran, Allah mengajak manusia agar tidak mengikuti secara buta kepercayaan dan norma-norma yang diajarkan masyarakat, agar merenung dengan terlebih dahulu menyingkirkan segala prasangka, hal tabu, dan batasan yang ada dalam pikiran mereka.

Manusia harus memikirkan bagaimana ia menjadi ada, apa tujuan hidupnya, mengapa ia akan mati, dan apa yang terjadi setelah kematian. Ia hendaknya mempertanyakan bagaimana dirinya dan seluruh alam semesta ini menjadi ada dan bagaimana keduanya terus-menerus ada. Selagi melakukan hal ini, ia harus membebaskan dirinya dari segala ikatan dan prasangka.

Jika seseorang berpikir-dengan membebaskan akal dan nuraninya dari segala ikatan sosial, ideologis, dan psikologis-pada akhirnya ia akan merasakan bahwa seluruh alam semesta, termasuk dirinya, telah diciptakan oleh sebuah kekuatan Yang Mahatinggi. Bahkan ketika mengamati tubuhnya sendiri atau segala sesuatu di alam, ia akan melihat adanya keserasian, perencanaan, dan kebijaksanaan dalam perancangannya.

Al Quran memberikan petunjuk kepada manusia dalam masalah ini. Dalam Al Quran, Allah memberitahukan apa yang hendaknya kita renungkan dan kita amati. Dengan cara perenungan yang diajarkan dalam Al Quran, seseorang yang beriman kepada Allah akan dapat lebih baik merasakan kesempurnaan, hikmah abadi, ilmu, dan kekuasaan Allah dalam ciptaan-Nya. Jika seorang beriman mulai berpikir sesuai dengan cara-cara yang diajarkan dalam Al Quran, ia pun segera menyadari bahwa seluruh alam semesta adalah sebuah tanda karya seni dan kekuasaan Allah, dan bahwa "alam semesta adalah karya seni, dan bukan pencipta karya seni itu sendiri." Setiap karya seni memperlihatkan keahlian pembuatnya yang khas dan unik, serta menyampaikan pesan-pesannya.

Dalam Al Quran, manusia diseru untuk merenungi berbagai kejadian dan benda alam, yang dengan jelas memberikan kesaksian akan keberadaan dan keesaan Allah beserta sifat-sifat-Nya. Dalam Al Quran, segala sesuatu yang memberikan kesaksian ini disebut "tanda-tanda", yang berarti "bukti yang teruji kebenarannya, pengetahuan mutlak, dan pernyataan kebenaran." Jadi, tanda-tanda kebesaran Allah terdiri atas segala sesuatu di alam semesta ini yang memperlihatkan dan menyampaikan keberadaan dan sifat-sifat Allah. Orang-orang yang dapat mengamati dan senantiasa ingat akan hal ini akan memahami bahwa seluruh jagat raya tersusun hanya dari tanda-tanda kebesaran Allah.

Sungguh, adalah kewajiban bagi manusia untuk dapat melihat tanda-tanda kebesaran Allah…. Dengan demikian, orang tersebut akan mengenal Sang Pencipta yang menciptakan dirinya dan segala sesuatu yang lain, menjadi lebih dekat kepada-Nya, menemukan makna keberadaan dan hidupnya, dan menjadi orang yang beruntung dunia dan akhirat.

Buku ini tidak akan mampu memuat semua tanda kebesaran Allah yang tak terhitung jumlahnya, tidak juga buku yang lain. Segala sesuatu, tarikan napas manusia, perkembangan politik dan sosial, keserasian kosmis di alam semesta, atom yang merupakan materi terkecil, semuanya adalah tanda-tanda kebesaran Allah, dan semuanya berjalan di bawah kendali dan pengetahuan-Nya, menaati hukum-hukum-Nya. Menemukan dan mengenal tanda-tanda (ayat-ayat) Allah memerlukan upaya pribadi. Setiap orang akan menemukan dan memahami ayat-ayat Allah sesuai dengan tingkat pemahaman dan nalarnya masing-masing.

Tentu saja, ada panduan yang mungkin membantu. Pertama-tama, orang dapat mempelajari pokok-pokok tertentu yang ditekankan dalam Al Quran, agar ia memperoleh mentalitas berpikir yang menjadikan dirinya dapat merasakan seluruh alam semesta ini sebagai penjelmaan dari segala ciptaan Allah.

Buku ini ditulis untuk mengetengahkan beberapa masalah yang dianjurkan Al Quran agar kita renungkan. Tanda kebesaran Allah di alam semesta ditegaskan dalam surat An-Nahl:

"Dia-lah Yang telah menurunkan air hujan dari langit untuk kamu, sebagiannya menjadi minuman dan sebagiannya (menyuburkan) tumbuh-tumbuhan, yang pada (tempat tumbuhnya) kamu menggembalakan ternakmu. Dia menumbuhkan bagi kamu dengan air hujan itu tanaman-tanaman; zaitun, korma, anggur, dan segala macam buah-buahan. Sesungguhnya, pada yang demikian itu benar-benar ada tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang memikirkan. Dan Dia menundukkan malam dan siang, matahari dan bulan untukmu. Dan bintang-bintang itu ditundukkan (untukmu) dengan perintah-Nya. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar ada tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang memahami-(nya), dan Dia (menundukkan pula) apa yang Dia ciptakan untuk kamu di bumi ini dengan berlain-lainan macamnya. Sesungguhnya, pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang mengambil pelajaran. Dan Dia-lah Allah yang menundukkan lautan (untukmu), agar kamu dapat memakan darinya daging yang segar (ikan), dan kamu mengeluarkan dari lautan itu perhiasan yang kamu pakai; dan kamu melihat bahtera berlayar padanya, dan supaya kamu mencari (keuntungan) dari karunia-Nya, dan supaya kamu bersyukur. Dan Dia menancapkan gunung-gunung di bumi supaya bumi itu tidak goncang bersama kamu, (dan Dia menciptakan) sungai-sungai dan jalan-jalan agar kamu mendapat petunjuk, dan (Dia ciptakan) tanda-tanda (penunjuk jalan). Dan dengan bintang-bintang itulah mereka mendapat petunjuk. Maka apakah (Allah) yang menciptakan itu sama dengan yang tidak dapat menciptakan (apa-apa)? Maka mengapa kamu tidak mengambil pelajaran?" (QS. An-Nahl, 16: 10-17)

Dalam Al Quran, Allah mengajak kaum berakal untuk memikirkan hal-hal yang biasa diabaikan orang lain, atau yang biasa dikatakan sebagai hasil "evolusi", "kebetulan", atau "keajaiban alam" belaka.

Sesungguhnya, dalam penciptaan langit dan bumi dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal, (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring dan mereka memikirkan penciptaan langit dan bumi (seraya berkata),

"Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Mahasuci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka." (QS. Ali 'Imran:191)

Sebagaimana kita lihat dalam ayat-ayat ini, kaum berakal melihat tanda kebesaran Allah dan berusaha memahami ilmu, kekuasaan, dan kreasi seni-Nya yang tak terhingga ini dengan mengingat dan merenungkan hal-hal tersebut, sebab ilmu Allah tak terbatas dan ciptaan-Nya sempurna tanpa cacat.

Bagi orang yang berakal, segala sesuatu di sekeliling mereka adalah tanda penciptaan.

"Sesungguhnya, Allah tiada segan membuat perumpamaan berupa nyamuk atau yang lebih rendah dari itu. Adapun orang-orang yang beriman, mereka yakin bahwa perumpamaan itu benar dari Tuhan mereka, tetapi mereka yang kafir mengatakan, "Apakah maksud Allah menjadikan ini untuk perumpamaan?" Dengan perumpamaan itu banyak orang yang disesatkan Allah, dan dengan perumpamaan itu (pula) banyak orang yang diberi-Nya petunjuk. Dan tidak ada yang disesatkan
Allah kecuali orang-orang yang fasik." (QS. Al Baqarah: 26)



sumber: Harunyahya.com

Menjaga Kebaikan

on Sabtu, 17 April 2010

 Menjaga Kebaikan

Allah berfirman.
“Artinya : Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri” [Ar-Ra’du : 11]

Dan Allah berfirman.
“Artinya : Dan janganlah kamu seperti seorang perempuan yang menguraikan benangnya yang sudah dipintal dengan kuat menjadi cerai berai kembali” [An-Nahl : 92]

Dan Allah berfirman.
“Artinya : Dan janganlah mereka seperti orang-orang yang sebelumnya telah diturunkan Al-Kitab kepadanya, kemudian berlalulah masa yang panjang atas mereka lalu hati mereka menjadi keras” [Al-Hadid : 16]

Dan Allah berfirman.
“Artinya : Lalu mereka tidak memeliharanya dengan pemeliharaan yang semestinya” [Al-Hadid : 27]

Dari Abdullah bin Amru bin Al-Ash berkata : Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda : “ Ya Abdullah, janganlah engkau seperti si fulan, dahulu ia shalat malam lalu ia tidak mengerjakannya lagi” [Muttafaqun Alaihi]

Penjelasan
Berkata Imam Nawawi (semoga Allah merahmati beliau) : “Bab menjaga kebaikan”. Yaitu bahwasanya seseorang jika terbiasa mengerjakan kebaikan maka sepatutnya mengekalkannya (menjaganya). Misalnya jika ia sudah terbiasa tidak meninggalkan hal-hal yang sunnah, yaitu shalat-shalat sunnah yang mengiringi shalat-shalat wajib, maka hendaknya ia menjaga hal itu, Dan jika ia terbiasa melaksanakan shalat malam maka hendaknya ia menjaganya. Dan jika terbiasa shalat dhuha dua rakaat maka hendaknya menjaga hal itu, segala kebaikan yang ia terbiasa mengerjakannya hendaknya ia jaga.

Dari petunjuk Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bahwasanya amalan beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam terus menerus. Adalah beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam jika mengerjakan suatu amalan, beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam kontinyukan dan tidak merubahnya, yang demikian itu dikarenakan jika manusia sudah terbiasa berbuat dan mengamalkan kebaikan lalu meninggalkannya, sesungguhnya hal ini membuatnya membenci kebaikan, karena mundur sesudah maju adalah lebih jelek daripada tidak maju, maka kalau seandainya engkau belum mulai melakukan kebaikan, tentulah hal iti lebih ringan daripada engkau telah melakukannya lalu engkau tinggalkan, dan hal ini adalah sesuatu yang telah terbukti.

Imam Nawawi (semoga Allah merahmatinya) mengutip dalam bab ini beberapa ayat Al-Qur’an, yang kesemuanya menunjukkan bahwasanya manusia sepatutnya menjaga kebiasaan amal baiknya, diantaranya firman Allah.

“Artinya : Dan janganlah kamu seperti seorang perempuan yang menguraikan benangnya yang sudah dipintal dengan kuat, menjadi cerai berai kembali” [An-Nahl : 92]

Maknanya adalah : “Janganlah kalian seperti wanita pemintal yang memintal kain wol, lalu tatkala ia sudah memintal dan membaguskannya ia robek-robek dan menguraikannya, (janganlah seperti ini) tetapi hendaknya kalian tetap dan kontinyu terhadap apa yang telah kalian lakukan.

Diantaranya firman Allah

“Artinya : Dan janganlah mereka seperti orang-orang yang sebelumnya telah diturunkan Al-Kitab kepadanya, kemudian berlalulah masa yang panjang atas mereka lalu hati mereka menjadi keras” [Al-Hadid : 16]

Artinya : Bahwasanya mereka beramal dengan amal shalih tetapi berlalulah masa yang panjang maka keraslah hati-hati mereka lalu mereka tinggalkan amal-amal shalih itu, maka janganlah kalian seperti mereka..

Adapun hadits-hadits yang disebutkan oleh Imam Nawawi (diantaranya : hadits Abdullah bin Amru bin Al-Ash bawasanya Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda.

“Artinya : Wahai Abdullah, janganlah engkau seperti fulan, dahulu ia shalat malam lalu ia tidak mengerjakan lagi”

Kata-kata fulan adalah kata “kinayah” tentang seorang manusia (seorang lelaki). Sedangkan perempuan dikatakan “fulanah”, dan kata fulan dalam hadits ini bisa terjadi adalah perkataan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, Bahwasanya Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak menyebutkan namanya kepada Abdullah bin Umar untuk menutupi keadaannya, karena maksud dari perkara itu tanpa pelakunya, dan mungkin juga Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam menyebutkan nama lelaki itu tetapi disamarkan namanya oleh Abdullah bin Amru.

Dari dua kemungkinan diatas, inti dan pokoknya adalah amal. Dan perkaranya adalah seorang lelaki, dahulunya mengerjakan shalat malam, lalu setelah itu tidak menjaganya (mengekalkannya), padahal mengerjakan shalat malam hukum pokoknya adalah sunnah, kalaulah manusia tidak melakukannya maka tidaklah ia dicela, dan tidak dikatakan kepadanya : “Mengapa kamu tidak mengerjakan shalat malam?”. Karena shalat malam adalah sunnah, akan tetapi keadaannya yang mana ia mengerjakan shalat malam lalu tidak mengerjakannya, inilah keadaan yang menyebabkan ia dicela. Oleh karena itu Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabdaa : “Janganlah kamu seperti si fulan, dahulu ia shalat malam lalu ia tidak mengerjakannya lagi”.

Hal yang lain, dan ini merupakan yang terpenting, hendaknya seseorang memulai untuk menuntut ilmu syar’i, tatkala Allah membukakan baginya kenikmatan ia tinggalkan amalnya (menuntut ilmu syar’i), maka sesungguhnya hal ini adalah kufur terhadap nikmat yang Allah berikan padanya. Maka jika engkau memulai menuntut ilmu teruslah menuntut ilmu kecuali sesuatu yang sangat darurat menyibukanmu, dan kalau tidak ada penghalang maka teruslah menuntut ilmu karena menuntut ilmu hukumnya fardu kifayah, setiap orang yang menuntut ilmu sesungguhnya Allah akan membalas amalnya itu dengan pahala fardu (wajib).

Dan pahala fardhu adalah lebih besar dari pahala nafilah (sunnah), sebagaimana tersebut dalam hadits shahih bahwasanya Allah berfirman.

“Artinya : Tiadalah hambaku mendekatkan kepadaku dengan sesuatu yang lebih aku sukai dari apa yang aku wajibkan kepadanya” [Hadits Riwayat Bukhari 6502]

Menuntut ilmu adalah fardhu kifayah jika seseorang menegakkannya maka berarti ia mewakili umat dalam melaksanakannya.

Dan terkadang menuntut ilmu itu hukumnya fardhu ain jika seorang manusia membutuhkan ilmu itu untuk dirinya, sebagaimana ia berkeinginan untuk shalat ia harus belajar hal-hal yang berhubungan dengan hukum shalat. Dan barangsiapa yang mempunyai harta ia harus mempelajari hukum-hukum zakat, penjual dan pembeli harus memperlajari hukum-hukum jual beli, dan barangsiapa yang ingin menunaikan haji maka harus mempelajari hukum-hukum haji, ini hukumnya fardhu ain.

Adapun ilmu-ilmu yang lain, mempelajarinya adalah fardhu kifayah, jika seseorang memulai menuntut ilmu maka jangalah ia kembali (mundur), tetapi hendaknya ia terus menuntut ilmu kecuali jika ada suatu hal penting menghalanginya dari menuntut ilmu, hal ini lain lagi keadaannya. Oleh karena itu orang-orang munafik adalah mereka yang jika memulai suatu amal, mereka tinggalkan amal itu.

Dalam perang Uhud sekitar seribu orang keluar untuk berperang bersama Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, sepertiganya adalah orang-orang munafik. Mereka tidak meneruskan perjalanan dan berkata.

“Artinya : Sekiranya kami mengetahui terjadi peperangan tentulah kami mengikuti kamu” [Ali-Imran : 167]

Allah berfirman.
“Artinya : Mereka pada hari itu lebih dekat kepada kekafiran dari keimanan” [Ali-Imran 167]

Sepatutnya bagi seorang muslim jika Allah memberikan karunia kepadanya dengan sesuatu yang mana ia beribadah kepada Allah dengannya dengan ibadah yang khusus seperti shalat, atau ibadah-ibadah mutaadiyah (yang bermanfaat kepada selainnya) seperti menuntut ilmu hendaknya ia tidak mundur dan tidak terlambat, hendaknya ia terus menerus untuk hal itu, karena sesungguhnya yang demikian itu adalah petunjuk Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Dan dari sebagian petunjuk Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah sabdanya.

“Artinya : Janganlah kamu seperti fulan, dahulu ia shalat malam lalu ia tidak kerjakan lagi”

dikutip dari Pesan Gruop FB Pecinta rasul

on Kamis, 15 April 2010

Semoga Dengan Blog iNI IMMI dapat Dikenal Orang banyak.

AMIIIN.....Ya ALLAH